PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur atau Bank NTT sukses bertransformasi menjadi Bank Devisa. Kesuksesan ini tentu menjadi sebuah catatan sejarah karena terjadi di era kepemimpinan Harry Alexander Riwu, sebagai Direktur Utama Bank NTT.
Jika ditanya seperti apa kondisi Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur atau Bank NTT hari ini dalam menjalankan layanan perbankan, maka sudah bisa dipastikan bahwa bank kebanggaan milik masyarakat NTT ini sedang dalam kondisi prima. Bahkan, Bank NTT kian mapan menatap era digitalissi layanan perbankan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bakti Kominfo dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melakukan rapat koordinasi untuk mendorong percepatan transformasi digital dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan demi mewujudkan Smart City di Kabupaten Manggarai Barat.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Kamis (16 Juni 2022), diundang hadir dalam Special Dialog, sebuah acara yang didesain khusus oleh manajemen Beritasatu TV Jakarta, untuk menampilkan tokoh-tokoh nasional yang geliatnya menginspirasi negeri.
Kolaborasi tematik dengan semua pihak menjadi kunci utama Bank NTT dalam melakukan transformasi digital. Hal ini dikarenakan kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berpulau-pulau dengan rasio kelistrikan baru mencapai 99% dan belum semua wilayah memiliki layanan komunikasi.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho tampil sebagai salah satu pembicara pada acara Launching E-Book Panduan "Transformasi Digital Bank di Indonesia" Konsep dan Praktek dalam Memimpin Transformasi Total secara daring pada Jumat (5/11/2021).
Dampak pandemi Covid-19 yang dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sangat signifikan, terutama pada saat diberlakukan pembatasan mobilitas masyarakat. Dampak dari kebijakan itu memicu penurunan permintaan terhadap produk barang dan jasa, mengakibatkan penurunan penjualan, dan pada akhirnya berdampak pada menurunnya pendapatan UMKM.
Tranformasi energi fosil ke energi hijau sudah harus mulai ditransformasikan. Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, and ASEAN, Lars Bo Larsen mengatakan bahwa kira-kira 15 tahun lalu, batu bara bukan hanya menjadi tulang punggung energi Denmark, tetapi juga menjadi lima sumber energi yang dominan di Denmark.